Saat kita bertemu nanti
Aku ingin awan tutupi sinarmu
Sinarmu terlalu terang bagiku
Kau matahari
Dan aku kelewar yang risau di ujung fajar
Hadiahku
Buah matang tak berwarna
Karena aku buta
Hanya rasa
Kau matahari
Dan aku kelewar yang risau di ujung fajar
Taukah kau?
Di goa itu aku selalu mengintipmu
Sayang, Sinarmu terlalu terang bagiku
Kau matahari
Dan aku kelewar yang risau di ujung fajar
Di setiap senja aku selalu keluar
Mengejarmu!
Mengertikah Kau?
Kau matahari
Dan aku kelewar yang risau di ujung fajar
Duh... calon istriku
Matahariku
Sinarmu terlalu terang bagiku
Kuasa Kita Akan Kata Hanyalah Sementara Maka bicaralah sebelum kau tak lagi bersuara
26 Mei 2009
25 Mei 2009
Sebuah Surat Panjang untuk Pemenang pada Pemilu yang Akan Datang
Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Salam hormat
Dari rakyat yang melarat
Kubuat surat panjang
Untukmu pemenang
Pada Pemilu yang akan datang
Bukan maksudku tuk berbuat lancang
Apalagi menantangmu berperang
Kutulis surat pajang
Karena kau ku sayang
Kutulis surat panjang
Karena perutku keroncongan
Kutulis surat panjang
Karena Mimpiku hilang
Sengaja kubuat pajang
Agar kau mau memandang
Karena kalau hanya sebaris
Aku yakin
kau tak akan menggubris
Bukannya aku tak hormat
Membuat surat
Dengan kertas berkarat
Jika kau mau melihat
Sungguh aku ini melarat
Sekedar beli kertas sekerat
Aku tak kuat!
Untukmu yang juara
Pada pemilu yang akan tiba
Suka tak suka
Kau harus baca
Karena ini adalah suara
Suara Rakyatmu yang jelata
Rakyat Indonesia
Wahai
Calon presidenku
Aku tak peduli
Siapa kamu
Aku tak peduli
Darimana kamu
Aku tak peduli
Apapun partaimu
Asal kau tak menindasku
Asal kau tak tipu aku
Asal kau bantu aku
Aku pasti akan mendukungmu
Aku Tak peduli kau merah
Asal kau tak tumpahkan darah
Asal kau tak menjarah tanah
Asal kau tak serakah
Aku akan bersikap ramah
Aku Tak peduli kau kuning
Asal kau tak sinting
Asal kau bukan maling
Asal kau tak hanya bersuara nyaring
Aku mau kau bimbing
Aku Tak peduli kau biru
Asal kau beri aku baju
Asal kau tak menipuku
Asal aku tak lagi makan batu
aku ikuti aturan mainmu
Aku Tak peduli kau hijau
Asal kau bukan algojo
Asal kau tak bermental coro
Asal kau tak cuma melongo
Tak ada kata “NO”
Aku Tak peduli kau lelaki ataupun wanita
Asal janji kau tepati, bukan sekedar kata
Bahkan banci ataupun waria
Asal terbukti, aku akan gembira
Wahai Pemenang
Pada pemilu yang akan datang
Negeri ini bukanlah catur
Yang gampang diatur
Sambil makan bubur
Kemudian tidur
Presiden bukanlah raja
Yang kerjanya diam saja
Yang selalu minta dijaga
Hanya menikmati hadiah saja
Wakil presiden bukanlah seter
Yang sering bikin manufer
Selalu berkata suwer
Dengan mulut ember
Para mentri bukanlah cuncut
Yang kerjanya hanya manggut-manggut
Yang hanya bisa manut
Jika disuruh mencatut
Politisi bukanlah kuda
Yang bisa loncat seenaknya
Sikut sini sikut sana
Tak peduli kanan kirinya
Polisi bukanlah benteng
Yang hanya dijadikan tameng
Punya gedung mentereng
Diantara rumah berdinding seng
Dan rakyat bukanlah pion
Yang punya otak bloon
Tak mampu memohon
Walau sekedar balon.
Wahai pemenang
Pada pemilu yang akan datang
Berikan kami pekerjaan
Agar kami bisa makan
Turun harga barang
Agar kami bisa tenang
Tegakkan hukum
Agar kami bisa tersenyum
Berbuatlah adil
Agar kami tak terkucil
Jika tidak,
Jangan salahkan
Kalau kami berontak
Wahai pemenang
Pada pemilu yang akan datang
Jadilah bintang
Bukannya binatang
Jadilah pejuang
Bukannya pecundang
Jadilah pahlawan
Bukannya brandalan
Jadilah wakil
Bukannya cakil
Jadilah pemimpin
Bukannya pemimpi
Jadilah penyantun
Bukannya penyamun
Jadilah pengayom
Bukannya pengebom
Jadilah pembimbing
Bukannya maling
Jadilah kawan
Bukannya lawan
Jadilah peneduh
Bukannya pembunuh
Jadilah rahmat
Bukannya masyakat
Wahai pemenang
Pada pemilu yang akan datang
Doaku setulus hati
Semoga kau diberkati
Doaku sebesar gunung
Semoga kau selalu terlindung
Doaku ikhlas
Semoga Allah membalas
Wahai pemenang
Pada pemilu yang akan datang
Jika aku salah
Janganlah marah
Karena itu sudah lumrah
Karena aku tak tamat sekolah
Mungkin cukup sekian
Semoga engkau pengertian
Dan segala kekeliruan
Semoga kau maafkan
Suatu saat
Kan kukirim lagi surat
Entah ucapan selamat
Atau umpatan laknat
Tergantung kau apakan amanat
Entah kau rawat
Atau kau sikat
Wassalam
Sidogiri: 05. Jumadil Ula.1430 Hijriyah
Salam hormat
Dari rakyat yang melarat
Kubuat surat panjang
Untukmu pemenang
Pada Pemilu yang akan datang
Bukan maksudku tuk berbuat lancang
Apalagi menantangmu berperang
Kutulis surat pajang
Karena kau ku sayang
Kutulis surat panjang
Karena perutku keroncongan
Kutulis surat panjang
Karena Mimpiku hilang
Sengaja kubuat pajang
Agar kau mau memandang
Karena kalau hanya sebaris
Aku yakin
kau tak akan menggubris
Bukannya aku tak hormat
Membuat surat
Dengan kertas berkarat
Jika kau mau melihat
Sungguh aku ini melarat
Sekedar beli kertas sekerat
Aku tak kuat!
Untukmu yang juara
Pada pemilu yang akan tiba
Suka tak suka
Kau harus baca
Karena ini adalah suara
Suara Rakyatmu yang jelata
Rakyat Indonesia
Wahai
Calon presidenku
Aku tak peduli
Siapa kamu
Aku tak peduli
Darimana kamu
Aku tak peduli
Apapun partaimu
Asal kau tak menindasku
Asal kau tak tipu aku
Asal kau bantu aku
Aku pasti akan mendukungmu
Aku Tak peduli kau merah
Asal kau tak tumpahkan darah
Asal kau tak menjarah tanah
Asal kau tak serakah
Aku akan bersikap ramah
Aku Tak peduli kau kuning
Asal kau tak sinting
Asal kau bukan maling
Asal kau tak hanya bersuara nyaring
Aku mau kau bimbing
Aku Tak peduli kau biru
Asal kau beri aku baju
Asal kau tak menipuku
Asal aku tak lagi makan batu
aku ikuti aturan mainmu
Aku Tak peduli kau hijau
Asal kau bukan algojo
Asal kau tak bermental coro
Asal kau tak cuma melongo
Tak ada kata “NO”
Aku Tak peduli kau lelaki ataupun wanita
Asal janji kau tepati, bukan sekedar kata
Bahkan banci ataupun waria
Asal terbukti, aku akan gembira
Wahai Pemenang
Pada pemilu yang akan datang
Negeri ini bukanlah catur
Yang gampang diatur
Sambil makan bubur
Kemudian tidur
Presiden bukanlah raja
Yang kerjanya diam saja
Yang selalu minta dijaga
Hanya menikmati hadiah saja
Wakil presiden bukanlah seter
Yang sering bikin manufer
Selalu berkata suwer
Dengan mulut ember
Para mentri bukanlah cuncut
Yang kerjanya hanya manggut-manggut
Yang hanya bisa manut
Jika disuruh mencatut
Politisi bukanlah kuda
Yang bisa loncat seenaknya
Sikut sini sikut sana
Tak peduli kanan kirinya
Polisi bukanlah benteng
Yang hanya dijadikan tameng
Punya gedung mentereng
Diantara rumah berdinding seng
Dan rakyat bukanlah pion
Yang punya otak bloon
Tak mampu memohon
Walau sekedar balon.
Wahai pemenang
Pada pemilu yang akan datang
Berikan kami pekerjaan
Agar kami bisa makan
Turun harga barang
Agar kami bisa tenang
Tegakkan hukum
Agar kami bisa tersenyum
Berbuatlah adil
Agar kami tak terkucil
Jika tidak,
Jangan salahkan
Kalau kami berontak
Wahai pemenang
Pada pemilu yang akan datang
Jadilah bintang
Bukannya binatang
Jadilah pejuang
Bukannya pecundang
Jadilah pahlawan
Bukannya brandalan
Jadilah wakil
Bukannya cakil
Jadilah pemimpin
Bukannya pemimpi
Jadilah penyantun
Bukannya penyamun
Jadilah pengayom
Bukannya pengebom
Jadilah pembimbing
Bukannya maling
Jadilah kawan
Bukannya lawan
Jadilah peneduh
Bukannya pembunuh
Jadilah rahmat
Bukannya masyakat
Wahai pemenang
Pada pemilu yang akan datang
Doaku setulus hati
Semoga kau diberkati
Doaku sebesar gunung
Semoga kau selalu terlindung
Doaku ikhlas
Semoga Allah membalas
Wahai pemenang
Pada pemilu yang akan datang
Jika aku salah
Janganlah marah
Karena itu sudah lumrah
Karena aku tak tamat sekolah
Mungkin cukup sekian
Semoga engkau pengertian
Dan segala kekeliruan
Semoga kau maafkan
Suatu saat
Kan kukirim lagi surat
Entah ucapan selamat
Atau umpatan laknat
Tergantung kau apakan amanat
Entah kau rawat
Atau kau sikat
Wassalam
Sidogiri: 05. Jumadil Ula.1430 Hijriyah
1 Mei 2009
Langganan:
Postingan (Atom)