14 Jul 2009

ADIKKU


Tibatiba... ... ...
Alismu tersambung
Pipimu hilang lesung
menggembung
Sembunyikan hidung Yang tak mancung
Dari balik kerudung
Terdengar pelan meraung
Dik... Kau hobi nangis.

Tibatiba... ... ...
Terbesit sinar
Matamu berbinar
Hidungmu mekar
Bibir melebar
Dari balik cadar
Terdengar gelak menggelegar
Dik... kau juga suka tertawa.

Tingtungting
___sendok dan piring
Nyamnyimnyam
___Mulut mengenyam
Kriukruikriuk
___Suara kerupuk
Habis sebaki
___kemana nasi hendak dicari?
Habis seloyang
___kau tak juga kenyang
Dik... kau doyan makan.

Waduh... asin banget
aich... kurang sedap
Wah... Gosong!!!
Dik.. Kau tak pintar masak

Lalu
senyap
Tak ada suara
Hanya dengkur menyapa
Dik... kau tukang tidur

Dik...
Mestinya kuberi kau sangu
Lalu tenang
Kau pergi berguru
Nyatanya
Di usiaku yang lebih dua puluh
Aku sama denganmu
Jadi beban ayah ibu
Bahkan Lebih dari itu.

Dik...
Harusnya kuberi kau teladan
Lau kau ikuti jalan
Tanpa takut ada sandungan
Nyatanya
Aku sendiri masih BeRaNtAkAn

Dik...
Sepatutnya kuberi kau nasihat
Bahwa:
ini baik itu buruk
Bahwa:
ini benar itu salah
Bahwa:
ini manfaat itu mudzarat
Nyatanya
Aku masih buta
Pada warna
Pada arah
Pada segala

Dik...
Pernah ada tanya
Pantaskah aku jadi pengganti ayah?
Sedang lakuku
Jauh dari norma
Jauh dari harapnya
Jauuuh
Sejauh rindu pada waktu

Dik..
Selaksa harap ayah dan ibu
Ada di pundak ku
(Juga pundakmu)
Pundak kakak
Pundak adik
Pundak kita anak-anaknya
Mampukah kita memikulnya?

Dik...
Yang di sana
Biarlah di sana
Yang di sini
Biarlah di sini
Tak perlu memaksa asa
Karena, Sebelum kita lahir
Hidup ini terlalu getas untuk dipikirkan

Dik...
Akhir kata
Jadilah DEWASA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar